Sebagai seorang anak mager (males gerak) yang tidak mau repot jalan
ke kantor BRI, saya mencoba daftar kartu kredit secara daring (online)
lewat tautan ini. Namun ternyata pengajuan tersebut hanya bisa dilakukan
oleh mereka yang tinggal di Jabotabek. Karena saya tinggal di pelosok, tepatnya
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, terpaksa deh saya bela-belain datang
langsung ke kantor BRI terdekat. Lewat layanan konsumen (customer
service), saya diminta menuliskan data diri seperti yang ada di formulir ini. Semua sudah
saya siapkan, termasuk buku tabungan BRI dan keterangan penghasilan dari
perusahaan tempat saya bekerja. Setelah selesai, mbak layanan konsumen tadi
hanya mengatakan kalau saya nanti akan ditelepon dari pihak BRI untuk
konfirmasi data.
...
...
Beberapa minggu kemudian, masih belum ada juga tanda-tanda kartu kredit
saya disetujui. Saya pikir, ah sudahlah, mungkin memang belum saatnya punya
kartu kredit. Namun sekitar satu setengah bulan setelah saya mengajukan kartu
kredit, saya mendapat telepon dengan nomor berkode kantor Jakarta
dan mengaku dari bank BRI. Ia bermaksud untuk mengonfirmasi data-data saya. Saya
pun menjawab semuanya dengan lengkap dan dia mengatakan bahwa kartu kredit akan
dikirim segera ke alamat rumah saya. Setelah percakapan tersebut selesai, saya
tertegun dan sedikit waswas karena nomor yang menelepon saya tidak otomatis
dikenali sebagai bank BRI, dan hanya berupa nomor berkode kantor Jakarta
(02130499810). Jam juga menunjukkan pukul 4 sore. Hmm masak menelepon di luar
jam kantor? Saya mulai parno dan mencari-cari info kemungkinan pencurian
identitas. Saya pun menelepon layanan BRI 14017 atas kemungkinan penelepon tadi bukan dari bank BRI. Namun jawabannya tidak memuaskan hingga akhirnya saya
merinding sendiri, takutnya penelepon tadi bukan dari BRI tapi memiliki semua
identitas saya. Saya pun mengurungkan niat saya untuk memiliki kartu kredit.
Saya lalu menelepon kakak saya yang saya jadikan kontak darurat pada waktu pengajuan kartu kredit. Saya minta dia untuk tidak menjawab telepon
dari yang mengatasnamakan bank BRI.
Beberapa hari kemudian, kakak saya mengaku
ditelepon dari bank BRI pada pukul 6.30 pagi dan dia seketika menjawab,
"Saya tidak bersedia menjadi kontak darurat untuk adik saya". Kakak
saya berujar kepada saya, mana mungkin pihak bank menelepon di luar jam kerja.
Saya pun terkikik dan lega. Saya buang jauh-jauh keinginan untuk memiliki kartu
kredit.
...
...
Dua minggu berlalu, saya kaget karena diberitahukan oleh kolega saya bahwa
di kantor ada dua paket dari BRI untuk saya. Rupanya, ada dua kartu kredit yang
dikirimkan dari BRI untuk saya, yaitu BRI Touch dan BRI Easy Card. Saya
buru-buru bertanya melalui layanan pusat BRI apakah paket tersebut betul dari
BRI. Lagi-lagi jawabannya tidak memuaskan, menurut mereka kartu kredit atas
nama saya belum ada. Setelah saya lihat sendiri ke kantor, paket dari BRI
tersebut terlihat meyakinkan dan saya mulai membaca satu per satu panduannya.
Seperti biasa, otak saya penuh pertanyaan sehingga lagi-lagi mencari info via
Google. Rupanya, kartu kredit tersebut memang datang dari BRI dan harus
diaktifkan terlebih dahulu melalui SMS. Pantas saja layanan pusat BRI tidak
mengenali kartu kredit atas nama saya. Keinginan saya untuk memiliki kartu
kredit kembali membuncah setelah itu. Padahal tadinya saya berniat untuk langsung menutupnya karena saya sempat parno.
1. Mengapa Datang Dua Kartu Kredit Padahal Saya Hanya Mengajukan Satu Saja?
Ketika saya tanyakan ke layanan pusat BRI, mereka beralasan bahwa hal
tersebut merupakan apresiasi dari mereka kepada saya. Hmm nggak tahu
juga deh apresiasi atas apa. Setelah saya cari-cari sendiri infonya, rupanya
kartu kredit mudah terblokir, misalnya karena salah mencantumkan nomor CVC (card
verification code), atau malah digesek di EDC (electronic data capture)
karena seharusnya kartu dimasukkan sebagian ke dalam EDC. Jadi, jika salah satu
kartu diblokir, masih bisa pakai kartu kedua. Selain itu, kartu kredit yang
diberikan ada dua jenis, yaitu Mastercard (BRI Easy Card) dan Visa (BRI Touch).
Padahal, dua-duanya sama saja sih, sama-sama bisa dipakai di hampir seluruh
dunia. Menurut saya, ini hanya akal-akalan bank BRI saja supaya saya
mengaktifkan keduanya. Tahu sendiri BRI Touch tidak ada iuran tahunan,
sedangkan BRI Easy Card harus bayar Rp250.000/tahun mulai tahun kedua. Awalnya saya
hanya akan mengaktifkan BRI Touch saja, namun pintarnya BRI, limit yang
diberikan berbeda. BRI Easy Card memberikan limit kredit lebih tinggi daripada
BRI Touch sehingga saya pun luluh untuk mengaktifkan dua-duanya saja. Saya tahu
sih, limit kredit tersebut sifatnya gabungan, sehingga pada akhirnya limit saya
ya yang tertera di kartu dengan limit tertinggi. Namun tetap saja, saya tergiur
dengan limit yang tinggi tersebut. Saya malas kalau harus menunggu beberapa
bulan untuk menaikkan limit kredit.
2. Mengapa Kartu Kredit Saya Disetujui Padahal Kontak Darurat Menyatakan
Tidak Bersedia?
Nah yang ini saya juga masih bertanya-tanya sih, hanya saja saya malas
untuk bertanya kembali ke layanan pusat BRI karena menelpon 14017 itu lumayan
menguras pulsa, loh. Saya saja kaget setelah beberapa kali menelepon dengan
durasi sekitar 10 menitan, pulsa bisa terpotong hingga puluhan ribu rupiah,
hiks. Dugaan saya, BRI tetap mengirimkan kartu kredit karena pada akhirnya dia
butuh pelanggan baru. Walaupun kontak darurat tidak bersedia, toh BRI sudah
punya data kakak saya berupa nomor telepon dan alamat rumah. Bagi Anda yang
parno saat menerima nomor kantor yang tidak dikenal, mungkin memang itu dari
BRI yang hanya ingin konfirmasi data. Asal tidak menanyakan CVC, PIN, OTP (one-time
password), atau info sensitif lainnya, menurut saya akan aman-aman saja.
Selain itu, saat saya cari-cari info, rupanya kartu kredit bank lain sering
juga pakai nomor kantor yang saya sempat tuliskan tadi: 02130499810 dan banyak
juga yang ditelepon di luar jam kantor, sama seperti saat menelepon saya dan
kakak saya waktu itu. Bagi Anda yang ngebet banget pengen
punya kartu kredit, siap-siap saja ditelepon pada jam berapa pun, hehe.
Saya senang sih karena akhirnya saya sekarang punya kartu
kredit. Namun mungkin satu bulan dari sekarang saya akan mulai pusing dengan tagihannya, hehe.
Lain waktu akan saya bahas lagi mengenai bagaimana penggunaan kartu kredit BRI,
bagaimana bunganya, bagaimana sistem cicilannya, dan lain-lain.
Komentar
Posting Komentar